Allah berfirman, "Hai gunung-gunung dan
burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud dan Kami telah
melunakkan besi untuk
nya."
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Dawud) di
waktu petang dan pagi. Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam
keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah.” (Shad [38]: 18-19).
Allah menundukkan gunung-gunung bagi Nabi Dawud a.s. Mereka bertasbih kepada Allah pagi dan sore. Ketundukan gunung kepada Nabi Dawud a.s. di sini bukan ketundukan secara total seperti tunduknya angin kepada Nabi Sulaiman a.s. Gunung-gunung hanya ikut bertasbih dan beribadah bersamanya.
Dalam firman-Nya di atas Allah mengakhirkan keterangan kesertaan: “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya.” Dalam ayat lainnya keterangan kesertaan didahulukan: “Dan Kami tundukkan bersama Dawud gunung-gunung itu.” (al-Anbiya’ [21]: 79).
Seandainya dalam kedua ayat tersebut Allah tidak menyebutkan keterangan kesertaan, tentu yang bertasbih hanya gunung dan tidak dengan Nabi Dawud a.s.
Allah menyebutkan tasbihnya gunung-gunung bersama Nabi Dawud a.s. dalam tiga surah, yaitu Shad (18-19), al-Anbiya’ (79), dan Saba’ (10). Firman-Nya dalam surah al-Anbiya’: “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.” Dalam surah Saba’ Allah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman): ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud dan Kami telah melunakkan besi untuknya.”
Terdapat kesamaan ungkapan bahasa di antara ketiga ayat yang kami sebutkan di atas. Ketiganya menegaskan hal yang menakjubkan. Kata hubungnya sama, yaitu “bersama”, dan kata gantinya juga sama, yaitu “Kami”. Kata hubung “bersama” menegaskan bahwa yang memulai tasbih adalah Nabi Dawud a.s., lalu diikuti bersama-sama oleh gunung dan burung.
Kata ganti “Kami” menegaskan sesuatu yang lebih agung dan lebih menakjubkan lagi. Kata ganti “Kami” mengacu kepada Sang Pembicara sendiri, yaitu Allah –Yang Mahaagung dan Mahamulia. Jadi, Allah-lah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih, bukan Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam, sebagaimana dituduhkan oleh sebagian musuh Islam.
Allah berfirman, “Tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka.” (al-Isra’ [17]: 44). Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu bertasbih kepada Allah. Khusus mengenai tasbih gunung dan burung bersama Nabi Dawud a.s., ini merupakan sesuatu yang secara khusus
Allah anugerahkan kepada Dawud a.s. dan sesuatu yang secara khusus pula Allah anugerahkan kepada
gunung dan burung sebagai fitrah keduanya.
Tasbih gunung bersama Nabi Dawud a.s. sama kejadiannya dengan tasbih pasir dalam genggaman Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam. Tasbih gunung dapat berbentuk perbuatan dan keadaan, serta bahasa dan ucapan.
Allah berfirman, “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.” Artinya, gunung-gunung dan burung-burung bertasbih bersama Nabi Dawud a.s. pagi dan sore. Pagi di sini maksudnya saat matahari telah terbit dan mulai meninggi di ufuk timur.
Rasulullah bersabda mengenai shalat Dhuha bahwa ia adalah shalat pagi (isyraq). Mengomentari ayat di atas, Ibnu `Abbas berkata, “Selalu ada yang mengganjal dalam hati saya sampai saya membaca ayat: ‘(Mereka) bertasbih di waktu sore dan di waktu pagi.’” (Shad [38]: 18).
Dalam riwayat lain: “Aku tidak mengenal shalat Dhuha kecuali dengan ayat…”
Semua tahu bahwa tasbih gunung berbeda dengan tasbih burung dan berbeda pula dengan tasbih Nabi Dawud a.s. Mereka punya cara masing-masing, sesuai dengan firman Allah: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka.
Juga firman-Nya: Masing-masing mengetahui (cara) doa dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (an-Nur [24]: 41).
“Dan burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah.” (Shad [38]: 19).
Kata “burung-burung” dalam ayat terakhir bersinambung dengan kata “gunung-gunung” sebelumnya, sehingga ayat tersebut lengkapnya: “Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul.” Ibnu `Abbas r.a. bertutur, “Setiap kali Dawud a.s. bertasbih kepada Allah, gunung-gunung menjawabnya dan burung-burung berkumpul mendatanginya serta bertasbih bersamanya.”
Tasbih gunung berupa fitrah dan keterpaksaan, sedangkan tasbih burung berupa fitrah dan kicauan. Baik gunung maupun burung selalu membalas tasbih Nabi Dawud a.s. Setiap kali beliau mengulang bacaan tasbihnya, mereka selalu menjawabnya. Mereka amat patuh kepada Allah.*/Dr. Ahmad Syawqi Ibrahim, nukilan dari bukunya Bahkan Jagat Raya Pun Bertasbih.
Allah menundukkan gunung-gunung bagi Nabi Dawud a.s. Mereka bertasbih kepada Allah pagi dan sore. Ketundukan gunung kepada Nabi Dawud a.s. di sini bukan ketundukan secara total seperti tunduknya angin kepada Nabi Sulaiman a.s. Gunung-gunung hanya ikut bertasbih dan beribadah bersamanya.
Dalam firman-Nya di atas Allah mengakhirkan keterangan kesertaan: “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya.” Dalam ayat lainnya keterangan kesertaan didahulukan: “Dan Kami tundukkan bersama Dawud gunung-gunung itu.” (al-Anbiya’ [21]: 79).
Seandainya dalam kedua ayat tersebut Allah tidak menyebutkan keterangan kesertaan, tentu yang bertasbih hanya gunung dan tidak dengan Nabi Dawud a.s.
Allah menyebutkan tasbihnya gunung-gunung bersama Nabi Dawud a.s. dalam tiga surah, yaitu Shad (18-19), al-Anbiya’ (79), dan Saba’ (10). Firman-Nya dalam surah al-Anbiya’: “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.” Dalam surah Saba’ Allah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman): ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud dan Kami telah melunakkan besi untuknya.”
Terdapat kesamaan ungkapan bahasa di antara ketiga ayat yang kami sebutkan di atas. Ketiganya menegaskan hal yang menakjubkan. Kata hubungnya sama, yaitu “bersama”, dan kata gantinya juga sama, yaitu “Kami”. Kata hubung “bersama” menegaskan bahwa yang memulai tasbih adalah Nabi Dawud a.s., lalu diikuti bersama-sama oleh gunung dan burung.
Kata ganti “Kami” menegaskan sesuatu yang lebih agung dan lebih menakjubkan lagi. Kata ganti “Kami” mengacu kepada Sang Pembicara sendiri, yaitu Allah –Yang Mahaagung dan Mahamulia. Jadi, Allah-lah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih, bukan Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam, sebagaimana dituduhkan oleh sebagian musuh Islam.
Allah berfirman, “Tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka.” (al-Isra’ [17]: 44). Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu bertasbih kepada Allah. Khusus mengenai tasbih gunung dan burung bersama Nabi Dawud a.s., ini merupakan sesuatu yang secara khusus
Allah anugerahkan kepada Dawud a.s. dan sesuatu yang secara khusus pula Allah anugerahkan kepada
gunung dan burung sebagai fitrah keduanya.
Tasbih gunung bersama Nabi Dawud a.s. sama kejadiannya dengan tasbih pasir dalam genggaman Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam. Tasbih gunung dapat berbentuk perbuatan dan keadaan, serta bahasa dan ucapan.
Allah berfirman, “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.” Artinya, gunung-gunung dan burung-burung bertasbih bersama Nabi Dawud a.s. pagi dan sore. Pagi di sini maksudnya saat matahari telah terbit dan mulai meninggi di ufuk timur.
Rasulullah bersabda mengenai shalat Dhuha bahwa ia adalah shalat pagi (isyraq). Mengomentari ayat di atas, Ibnu `Abbas berkata, “Selalu ada yang mengganjal dalam hati saya sampai saya membaca ayat: ‘(Mereka) bertasbih di waktu sore dan di waktu pagi.’” (Shad [38]: 18).
Dalam riwayat lain: “Aku tidak mengenal shalat Dhuha kecuali dengan ayat…”
Semua tahu bahwa tasbih gunung berbeda dengan tasbih burung dan berbeda pula dengan tasbih Nabi Dawud a.s. Mereka punya cara masing-masing, sesuai dengan firman Allah: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka.
Juga firman-Nya: Masing-masing mengetahui (cara) doa dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (an-Nur [24]: 41).
“Dan burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah.” (Shad [38]: 19).
Kata “burung-burung” dalam ayat terakhir bersinambung dengan kata “gunung-gunung” sebelumnya, sehingga ayat tersebut lengkapnya: “Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul.” Ibnu `Abbas r.a. bertutur, “Setiap kali Dawud a.s. bertasbih kepada Allah, gunung-gunung menjawabnya dan burung-burung berkumpul mendatanginya serta bertasbih bersamanya.”
Tasbih gunung berupa fitrah dan keterpaksaan, sedangkan tasbih burung berupa fitrah dan kicauan. Baik gunung maupun burung selalu membalas tasbih Nabi Dawud a.s. Setiap kali beliau mengulang bacaan tasbihnya, mereka selalu menjawabnya. Mereka amat patuh kepada Allah.*/Dr. Ahmad Syawqi Ibrahim, nukilan dari bukunya Bahkan Jagat Raya Pun Bertasbih.
0 komentar:
Posting Komentar