Analisis
Fenomena Peran Media Sosial dan Jurnalisme sipil/amatir mengungkapkan
fakta, yang tidak bisa ditembus oleh media massa global ( Kasus Aleppo )
Disusun Untuk Memenuhi UAS Mata Kuliah Teori Komunikasi
Dosen Pembimbing:
Martha Nurfaidah, S.Sos.,
M.Med. Kom
Disusun oleh:
Muhammad Isra Anwar B96214101
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
A.
Latar Belakang
Medsos atau Media sosial adalah
sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh
dunia.
Seperti berita kasus Aleppo ini “Di
tengah keputusasaan, warga Aleppo menyebar ucapan selamat tinggal lewat media
sosial. Kelambanan
global dalam membantu warga di Suriah, membuat penderitaan mereka yang terjepit
di tengah konflik semakin menyedihkan, demikian Deutche Welle, Rabu
(14/12/2016). Inilah
situasi hari-hari terakhir di Aleppo, Suriah ketika pasukan pemerintah yang
setia pada Presiden Suriah Basyar al Assad berhasil mengusir pemberontak keluar
dari kawasan itu.
Di
tempat penampungan bawah tanah dan rumah duka, para dokter memohon bantuan. Sementara, kediaman
warga dibom tanpa henti, terutama di distrik-distrik yang tersisa di bawah
kendali pemberontak di Aleppo. Warga pun mulai mem-posting ucapan selamat
tinggal lewat media sosial dan dalam pesan-pesan yang beredar luas. Mereka
seolah ingin memiliki kata akhir dalam perang tanpa ampun ini.
"Tidak
ada tempat sekarang untuk pergi, ini adalah hari-hari terakhir," kata
Abdulkafi Alhamdo, seorang guru bahasa Inggris yang mengkritik kekejaman
pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Alhamdo berbagi pesan dan menceritakan
situasi lewat media sosial video streaming Periscope. Ia menceritakan bagaimana
pasukan pemerintah semakin mendekat."Di sini hujan, bunyi bom sedikit
lebih tenang.
Pasukan
pemerintah Assad mungkin 300 meter jaraknya. Tidak bisa kemana-mana. Ini adalah
hari-hari terakhir. Saya berharap kami bisa berbicara lagi dengan kalian di
Periscope. Saya pikir kami telah berbagi banyak momen tentang Aleppo.” Dengan menahan kepedihan,
ia melanjutkan: " Saya tidak tahu harus bicara apa lagi… Saya harap Anda
bisa melakukan sesuatu untuk rakyat Aleppo. Untuk putri saya, untuk anak-anak
lainnya juga," katanya dalam video penuh rasa emosional.
"Saya
tak percaya lagi PBB, atau masyarakat internasional. Sepertinya mereka puas
kami terbunuh,” lanjutnya. Kami menghadapi situasi paling sulit, pembantaian
paling mengerikan dalam sejarah baru-baru ini. Rusia tak ingin kami keluar dari
sini hidup-hidup, mereka ingin kami mati. Setali tiga uang dengan keinginan
Assad.”
Peran
Medsos Pandangan
dunia atas konflik yang merebak di Suriah tak lepas dari media sosial seperti
Youtube, Twitter, Periscope, Facebook, dan lainnya. Hal ini membuat konflik
di Suriah menjadi salah satu perang yang paling didokumentasikan di dunia
melalui video dan laporan amatir.
Sumber-sumber
yang tersebar di media sosial berperan besar bagi aktivis HAM dalam mencatat
segala hal tentang perang ini secara rinci dan menjadi amunisi untuk melobi
untuk respon dunia. Dalam
videonya, Abdulkafi Alhamdo melanjutkan kata-katanya dengan terbata-bata,
"Kemarin-kemarin, ada banyak perayaan di bagian lain Aleppo, mereka
merayakan jenazah kami. Oke, inilah hidup...."
"Tapi
setidaknya kami tahu bahwa kami adalah orang-orang bebas. Kami ingin kebebasan,
tak ada yang lain, hanya kebebasan. Tapi ini bukan kebebasan. Tak percaya bahwa
kau bukan lagi orang bebas di negaramu sendiri. Dunia ini tak inginkan
kebebasan. Ini bukan kebebasan." Ribuan warga di Aleppo yang sebelumnya
dikuasai pemberontak telah makin terpojok ketika pasukan pemerintah Suriah,
yang didukung oleh Rusia menolak seruan gencatan senjata.
Kelompok
hak asasi membuat "permohonan mendesak" agar semua pihak yang
terlibat konflik melindungi penduduk sipil. Namun di sebuah pojok
di Aleppo, dimana pasukan pemerintah makin mendekati hanya dalam jarak 300
meter, di tengah hujan yang turun, nampaknya Abdulkafi Alhamdo telah putus asa
atas apa yang disebut ‚kelambanan global‘ dalam bertindak mengatasi situasi di
Suriah, yang sudah di luar batas kemanusiaan. Abdulkafi Alhamdo
menutup kata-katanya kepada kita semua, "Saya harap kalian mengingat kami.
Terima kasih."Editor: Pascal S Bin Saju”
Nah dari urain pemberitaan di atas kemudian saya
hubungkan dengan pemikiran McLuhan “
Media adalah pesan” ( The Medium is the message). Melalui ungkapan itu, McLuhan
ingin menyatakan bahwa pesan yang disampaikan media tidaklah lebih penting dari
media atau saluran komunikasi yang digunakan pesan untuk sampai kepada penerimanya.
Dengan kata lain, ia ingin menjelaskan bahwa media atau saluran komunikasi
memiliki kekuatan dan memberikan pengaruhnya kepada masyarakat dan bukan isi
pesannya. Orang yang chatting di internet atau berkomunikasi melalui Facebookm
bisa jadi tidak terlalu mementingkan isi pesan yang mereka terima atau isi
pesan yang akan mereka tulis tetapi kenyataan, bahwa mereka menggunakan
internet atau facebook itulah yang penting [2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Seberapa pentingkah
peran media sosial mengubah mengubah pola pikir masyarakat ?
2.
Bagaimana peran media
sosial dalam mengkonstruksi pemberitaan kasus aleppo sehingga menjadi besar ?
C.
Pembahasan
I.
Teori Agenda Setting
Hubungan yang kuat
antara berita yang disampaikan media dengan isu-isu yang disampaikan media
dengan isu-isu yang dinilai penting oleh publik merupakan salah satu jenis efek
media massa yang paling populer yang dinamakan dengan agenda setting.
Istilah”agenda setting’ diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw ( 1972,
1993 ), dua peneliti dari Universitas North Carolina, untuk menjelaskan gejala
atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum ( pemilu ) yang telah diamati
dan diteliti oleh kedua sarjana tersebut[3].
Penelitian oleh McCombs dan Shaw merupakan tonggak awal perkembangan teori
agenda-setting. E.M., Griffin ( 2003 )
menyatakan, bahwa McCombs dan Donald Shaw meminjam istilah “agenda-setting”
dari sarjana ilmu politik Bernard Cohen ( 1963 ) melalui laporan penelitiannya
mengenai fungsi khusus media massa[4]
.
Para sarjana
Komunikasi telah lama menyadari bahwa media massa memiliki kemampuan untuk
mengembangkan berbagai isu bagi publik. Walter Lippman ( 1922 ), seorang
komentator dan penulis kolom terkenal di AS, adalah orang pertama yang
mengemukakan gagasan mengenai agenda-setting ini.[5]
Menurut Lippmann, media bertanggung jawab membentuk presepsi publik terhadap
dunia. Ia menegaskan bahwa gambaran realitas sebenarnya dan karenanya terkadang
mengalami pembelokan atau distorsi
Gagasan Lippman ini
kemudian dikemabngkan oleh Donald Shaw dan Maxwell Mc Combs, dengan pernyataan
sebagai berikut :
“ Bukti bukti sudah
menumpuk para editor media cetak dan para pengelola media penyiaran memainkan
peran penting dalam membentuk realita sosial ketika melakukan pekerjaan untuk
memilih dan membuat berita. Dampak dai media massa yaitu kemampuannya untuk
mempengaruhi perubahan kognitif individu, untuk membentuk pemikiran mereka
dinamakan dengan fungsi agenda-setting komunikasi massa. Disinilah letak efek
paling penting komunikasi massa, yaitu kemampuan secara mental untuk menata dan
mengorganisasi dunia untuk kita.’
Agenda setting
terjadi karena media massa sebagai penjaga gawang ( goal keeperr ) harus
selektif dalam menyampaikan berita[6]
Dalam hal agenda
setting dapat dibagi ke dalam dua tingkatan ( level ) membangun isu umum yang
dinilai penting, level kedua adalah menentukan bagian bagian atau aspek-aspek dari isu umum tersebut yang
dinilai penting. Level kedua adalah sama pentingnya dengan level pertama. Level dua penting karena memberitahu kita
mengenai bagaimana cara membingkai isu publik atau melakukan framing terhadap
isu yang akan menjadi agenda media dan juga agenda publik.
II.
Computer Mediated Communication dan Media Social
Kehadiran situs jejaring sosial telah menjadi
sebuah media alternatif bagi individu dalam mengembangkan hubungan dengan siapa
saja yang menaruh minat yang
sama. Sebagaimana halnya hubungan interpersonal yang dibangun melalui komunikasi tatap muka atau face
to face, hubungan yang dibangun melalui situs jejaring sosial juga bisa menjadi sebuah hubungan yang berawal
dari tahap perkenalan basa basi
hingga pengembangan hubungan yang lebih akrab di dunia maya bahkan ada beberapa yang diantaranya dirasionalisasikan
dalam sebuah hubungan di dunia
nyata termasuk di dalamnya proses depenetrasi.
Semua ini
tergantung dari keinginan individu pengguna situs jejaring dalam
mengembangkan hubungannya dan dipengaruhi juga oleh proses pengungkapan diri (self disclosure) kepada
individu lain. Hubungan
interpersonal remaja yang dilakukan melalui situs jejaring sosial ini tentunya memberikan pengaruh
pada hubungan interpersonal remaja baik itu di dunia maya maupun di dunia nyata.
Penelitian Parse dan Dunn yang dikutip Saverin
dan Tankard (2005) menjelaskan bahwa komputer dapat digunakan sebagai
media lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Penggunaannya antara lain
sebagai media pembelajaran untuk mengakses berbagai informasi dimana pun
berada, hiburan, relaksasi, melupakan masalah, menghilangkan kesepian,
mengisi waktu, sebagai kebiasaan, melakukan sesuatu dengan teman atau
keluarga. Kecuali itu, komunikasi bermedia komputer dapat meningkatkan
hubungan emosional serta kesan antarpribadi[7]
fungsi media internet sebagai media baru dapat digolongkan dalam lima
kategori kebutuhan Severin dan Tankard (2005: 357). Pertama, fungsi kognitif,
memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman. Kedua, fungsi afektif,
untuk memenuhi kebutuhan emosional, pengalaman menyenangkan, atau
estetis. Ketiga, fungsi integratif personal – memperkuat
kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status. Keempat, integratif
sosial – memperkuat hubungan dengan keluarga, teman, dan lain-lain. Kelima,
pelepasan ketegangan, yakni fungsi kebutuhan untuk mencari hiburan, relaksasi,
menghilangkan kesepian, mengisi waktu luang, dan melupakan masalah rutinitas
sehari – hari yang memenatkan pikiran.
III.
Teori Marxisme, Hegemoni dan Studi Kultural [8]
Menurut Hall, media adalah instrumen kekuasaan
kelompok elite, dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok yang
mendominasi masyarakat, terlepas apakah pemikiran itu efektif atau tidak. Karl
Marx yang berpandangan kapitalisme telah menciptakan kelompok elite berkuasa
yang melakukan eksploitasi terhadap kelompok yang tidak berkuasa dan lemah.
Kelompok yang lemah akan mengalami “ alienasi” yaitu kondisi psikologis di mana
orang mulai merasa mereka memiliki kontrol terbatas terhadap masa depan mereka.
Marx berpandangan bahwa pesan yang disampaikan
media massa sejak awal dibuat dan disampaikan kepada khalayak audiensi dengan
satu tujuan, yaitu membela kepentingan
paham kapitalisme. Dalam pandangan Marxisme sistem ekonomi yang menjadi
Infrastruktur sosial akan menentukan suprastruktur maka dalam pandangan studi
kultural hubungan tersebut di percayai lebih kompleks.
“Hegemoni: Pengaruh Atas Massa
“ Hegemoni” merupakan salah satu konsep penting
dalam teori studi kultural, dan sebagian besar teori ini bersandar pada
pemahaman kita terhadap istilah “Hegemoni ini. Hegemoni dapat didefinisikan
sebagai pengaruh, kekuasaan atau dominasi kelompok sosial tertentu atas
kelompok lainnya yang biasanya lebih lemah.[9]
Pandangan Gramsci mengenai hegemoni berdasarkan
pada gagasan Karl Marx mengenai “ kesadaran yang salah” yaitu keadaan dimana
individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka.
Teori Studi Kultural
Sedangkan dalam teori studi Kultural menyatakan
bahwa manusia merupakan bagian penting dari suatu hirarki sosial yang berkuasa.
Setiap orang yang menjadi bagian dari hierarki struktur kekuasaan. Kekuasaan
bekerja pada semua level kemanusiaan ( Grossberg, 1989 ) dan sekaligus
membatasi keunikan identitas manusia ( Weedon, 2204 )[10].
Dalam hal ini, Hall tertarik pada kekuasaan yang dimiliki berbagai kelompok sosial
dalam masyarakat.
Dekoding
Hegemoni dan Hegemoni tandingan tidak akan ada
tanpa adanya kemampuan khalayak untuk menerima pesan dan membandingkan pesan
tersebut dengan makna yang sebelumnya telah disimpan di dalam ingatan mereka.
Proses ini disebut dekoding. Ketika kita menerima pesan dari pihak lain maka
kita melakukan dekoding terhadap pesan itu brdasarkan presepsi, pemikiran dan
pengalaman masa lalu.
D.
Analisis Fenomena dengan teori
Aleppo, Aleppo,Aleppo mungkin kita di dunia ini sudah
mengetahui terutama bagi pengguna aktif Media Sosial tentang kasus Aleppo,
Perang Saudara yang terjadi di Suriah ini membuat banyak warga Aleppo melayang.
Bom, peluru, tank, pesawat, roket dan letusan senjata api terjadi dimana mana.
Membayangkan aja sangat ngeri, apalagi apabila kita disana mungkin hanya bisa
pasrah tawakalillah kepada Allah. Begitu pula dengan keadaan warga yang tinggal
di Allepo ini. Hal ini sesuai dengan Teori Hegomoni dan Kapitalis yang di gagas
oleh Karl Max mengenai Dominasi kelompok kelompok sosial tertentu yaitu dari
pihak Rusia, PBB dan Amerika Serikat. Warga Aleppo seolah masyarakat miskin
biasa yang tergantung kelompok kelompok tersebut. Mereka menjadi korban atas
persaingan antara Amerika Serikat yang membela kaum pemberontak dan Rusia
mendukung Pemerintah. Dominasi kelompok dan Hegemoni sangat terjadi di Aleppo
ini.
Warga Aleppo Dengan bangunan yang hancuran, fasilitas
fasilitas yang mulai banyak hilang membuat hidup mereka menggenaskan dan
teroambang ambing, bisa jadi beberapa detik peluru peluru atau bom yang akan
mengenai tubuh mereka, kapanpun itu bisa terjadi. Akan tetapi dengan kondisi
terdesak seperti, bantuan yang seolah olah mereka harapkan terutama PBB tidak
kunjung datang. Kemudian mereka memanfaatkan media sosial untuk menguatarakan siksaan
batin yang mereka alami salah satunya lewat
media persiscope.
Kemudian dari Periscope menyebar ke Facebook mendapat
banyak komentator, like masuk ke Youtube, dilihat banyak jutaan bahkan ratusan
juta manusia di Youtube membuat warga berbondong menggubakan hastage
#SaveAllepo baik di Bbm,Twitter,Path dll. Hal ini menunjukan peran media sangat
besar dalam mengubah pola pikir manusia sekarang, sekarang kita semakin cerdas
dan Critical dalam media. Hal ini sesuai dengan teori Agenda Setting yaitu
ketika seseorang selektif dalam menyampaikan berita, memberitahu kita,
bagaimana cara kita membingkai isu, melakukan framing terhadap isu, yang akan
menjadi agenda media dan juga agenda publik.
Dari semua pemamparan di atas dapat kita simpulkan bahwa
Peran Media Sosial dalam pengangkatan isu agar diketahui masyakarat secara luas
itu sangat besar. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, tanggapanpun bermacam
macam tidak peduli RAS, yang ada rasa ingin tahu tinggi masyarakat terhadap
kasus kasus sosial yang ada. So peran Media Sosial lebih besar daripada TV yang
jangkauannya menunggu pemberitaan information to Information, karna penyampaian
masuk dekodingnya lebih cepat, aktual dan terpercaya.
E.
Daftar Pusataka
Di kutip dari situs internasional.kompas.com terbitan
Rabu, 14-12-2016
Teori komunikasi individu hingga massa “Morrison” kencana
Prenamedia group cetakan ke 2 maret 2014 Hal 493
Dennis McQuail, Mcquail’s Mass Communication theory ,
4th Edition, sage Publication, 2000,
hlm.455. ( buku morrison 494)
Bernard C. Cohen, the Press and Foreign Policy, Princeton
University, 1963. Hlm. 13. ( buku morrison495 )
Buku yang ditulis Walter Lippman berjudul Public Opinion
( 1922 ) ( buku morrison 495
Pamela J. Shoemaker, Media Gatekeeping, 1966 dalam
Littlejohn dan Foss, theries of Human Communication, hln 293-295 ( buku
moirrison hal 496 )
TotokWahyu A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U,
Media Sosial... 99 Dari perspektif uses and gratification, ( di kutip dari
KTI media sosial dan pengembangan remaja
sidaorjo hal 5 )
Teori Komuniksi Individu hingga massa karya Morrison hal
535-549
Richard Wst dan Lynn H. Turner, Introducing communication
Theory, McGraw Hill, 2007, Hl. 394 -395 ( morrison hal 541-542 )
L. Grossberg. Critical Studies in Mass Communication,
1989 hal 413-4200 ( morrison hal 547 )
Sumber Utama
Teori Komunikasi Individu Hingga Mass, Morrisan, cetikan kedua 2 Maret 2014,
Prenadamedi group
[1] Di kutip dari situs
internasional.kompas.com terbitan Rabu, 14-12-2016
[2] Teori komunikasi individu
hingga massa “Morrison” kencana Prenamedia group cetakan ke 2 maret 2014 Hal
493
[3] Dennis McQuail, Mcquail’s
Mass Communication theory , 4th Edition,
sage Publication, 2000, hlm.455. ( buku morrison 494)
[4] Bernard C. Cohen, the
Press and Foreign Policy, Princeton University, 1963. Hlm. 13. ( buku morrison495
)
[5] Buku yang ditulis Walter
Lippman berjudul Public Opinion ( 1922 ) ( buku morrison 495
[6] Pamela J. Shoemaker,
Media Gatekeeping, 1966 dalam Littlejohn dan Foss, theries of Human
Communication, hln 293-295 ( buku moirrison hal 496 )
[7] TotokWahyu
A, Fandrian Sukmawan dan Dian Asha U, Media Sosial... 99 Dari perspektif uses and gratification, (
di kutip dari KTI media sosial dan
pengembangan remaja sidaorjo hal 5 )
[8] Teori Komuniksi Individu
hingga massa karya Morrison hal 535-549
[9] Richard Wst dan Lynn H.
Turner, Introducing communication Theory, McGraw Hill, 2007, Hl. 394 -395 (
morrison hal 541-542 )
[10] L. Grossberg. Critical
Studies in Mass Communication, 1989 hal 413-4200 ( morrison hal 547 )
0 komentar:
Posting Komentar