KONSEP KATEGORIK LOGIKA
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Logika Filsafat
Dosen Pengajar:
Dr. Abdul Syakur, M.Ag
Oleh:
Muhammad Isra Anwar (B96214101)
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas
limpahan hidayahNya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Logika Filsafat
Dengan
adanya makalah ini selain intuk memenuhi tugas dari mata kuliah Logika
Filsafat Kami juga mengharap dapat menambah ilmu bagi para pembaca khusunya
mahasiswa yang sedang belajar mengenai tema ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan, maka dengan segala
kerendahan hati kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhirnya Kami
berharap semoga apa yang telah kami sajikan dalam makalah ini dapat diambil
manfaatnya.
Penulis
Muhammad Isra Anwar
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL …………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………..………………………………….. ii
DAFTAR
ISI………………………...…………………………………………………. iii
BAB
I PENDAHULUAN ……………………………. ……………………………... 1
1 1. Latar Belakang
Masalah…………………………………………...…....... 1
1.2. Perumusan Masalah
……………………………………………………… 1
1.3. Tujuan Penulisan
………………………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 2
A.
Pengertian Logika............................................................................................. 2
B.
Sejarah Logika….......................................................................................... 2-3
C.
Tokoh Logika dan Pemikirannya .....................………………………….. 3-6
D.
Macam Macam Logika …………………………...………….............................. 6
F.
Logika Aristoteles
..............................................................................................
6-7
G.
Konsep Logika
..................................................................................................
8 - 9
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 10
3 l. Kesimpulan …..…………………………………………………..…….. 10
3 l. Saran …..………………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………….……..……… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Logika
Filsafat merupakan salah satu mata kuliah kami di semester III. Logika
merupakan salah satu pelajaran yang harus di kuasai oleh mahasiswa karna di
dalam ilmu logika mencakup banyak yang mana apabila kita menguasai logika maka
kita bisa mengubah dan mengelola pikiran kita secara baik dengan benar dan bisa
pula mempengerahui orang lain.
Akan
tetapi sekarang Ilmu Logika apabila mendengarnya disertai dengan namanya ilmu
Filsafat membuat sebagian orang takut dan malas malas membaca. Karna ada yang
mengatakan belajar ilmu filsafat atau logika bisa membuat anda sesat apabila
tidak disertai iman yang kuat. Itulah sebagian dari presepsi orang lain, tapi
disisin lain sebenarnya belajar logika itu adalah pelajaran menyenangkan. Karna
disini kita bisa diskusi dan beradu pikir dengan teman teman yang lain
A. Tujuan
1. Mengerti
dan memahami cara bagaimana konsep Logika yang baik dan benar
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah Konsep
Kategorik Logika
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Logika
“Logika” berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan, kata,
akal budi, dan ilmu. Sedangkan ditinjau dari makna esensialnya, maka logika
adalah ‘cabang dari filsafat ilmu pengetahuan dan logika juga merupakan bagian
yang sangat mendasar dalam kerangka berfikir filsafat’. Berdasarkan pengertian
tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat penting atau mendasar dalam
studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M. 1978).
Pengertian Logika Menurut Para Ahli
1) Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat.W.
Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso. (2006: 13)
2) Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti
ketepatan nenalar. Soekadijo, (1983-1994: 3)
3) Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah
membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang
menguasai pikiran.(Harun, 1980).
B. Sejarah Logika
Logika muncul
bersama dengan filsafat. Itu tidak berarti logika berdiri sendiri sebagai satu
disiplin di samping filsafat melainkan bahwa dalam filsafat Barat – sudah nyata
pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti kapan “hari lahir” logika
tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang melakukan pemikiran
sistematis tentang logika adalah filsuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M).
menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”. Apa
yang sekarang kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika”
– penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari
putusan-putusan yang benar – dan “Dialektika” – penyelidikan terhadap
argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang masih
diragukan.
“Logika’ bagi
Aristoteles dan para pengikutnya tidak dikategorikan sebagai satu ilmu di
antara ilmu-ilmu yang lain. Menurut Aristoteles “logika” adalah persiapan yang
mendahului ilmu-ilmu. Atau dapat dikatakan bahwa “logika” adalah alat (organon)
untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan.
Orang pertama
yang menggunakan istilah “logika” adalah Cicero (abad pertama sebelum
Masehi) tetapi dalam pengertian “seni berdebat’. Di kemudian hari, yakni pada
permulaan abad ketiga masehi, Alexander Aphrodisias menggunakan istilah
“logika” dengan arti yang dikenal sekarang. Sampai berabad-abad lamanya
pembicaraan mengenai logika tidak mengalami perkembangan melainkan masih tetap
sama seperti pada waktu Aristoteles. Immanuel Kant (Abad XVIII) mengatakan
logika tidak mengalami perkembangan. Akan tetapi pada pertengahan abad XIX
logika mengalami perkembangan karena ada usaha dari beberapa tokoh yang mencoba
menerapkan matematika ke dalam logika. Gejala itu kini dikenal sebagai saat
munculnya logika modern. Sejak saat itu logika dibedakan menjadi logika
tradisional/klasik dan logika modern yang lazim dikenal sebagai
logika matematika/simbolik.
Logika
tradisional/klasik adalah sistem ciptaan Aristoteles yang berfungsi untuk
menganalisa bahasa. Sedangkan logika modern berusaha menerapkan prinsip-prinsip
matematik terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang-lambang
non-bahasa. Dengan demikian keduanya berkaitan erat satu dengan yang lain. Oleh
karena itu memahami kedua macam logika dengan baik merupakan bantuan yang
sangat besar dalam berpikir yang teratur, tepat, dan teliti.
Logika modern
dirintis oleh orang-orang Inggris, antara lain A. de Morgan (1806 – 1871), George Boole (1815-1864), dan mencapai puncaknya dengan karya
besar A. N. Whitehead dan Bertrand Russel “Principia
Mathematica”.
C. TOKOH LOGIKA DAN
PEMIKIRANNYA
·
Aristoteles
Aristoteles, seorang filosof dan ilmuwan terbesar
dalam dunia masa lampau, yang memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya
hampir tiap cabang falsafat dan memberi sumbangan-sumbangan besar terhadap ilmu
pengetahuan. Pendapat Aristoteles, alam semesta tidaklah dikendalikan oleh
serba kebetulan, oleh keinginan atau kehendak dewa yang terduga, melainkan
tingkah laku alam semesta itu tunduk pada hukum-hukum rasional. Kepercayaan ini
menurut Aristoteles diperlukan bagi manusia untuk mempertanyakan setiap aspek
dunia alamiah secara sistematis, dan kita harus memanfaatkan pengamatan
empiris, dan alasan-alasan yang logis sebelum mengambil keputusan.
·
Raymundus Lullus
Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna,
semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran – kebenaran
tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum
Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan
pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika
Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman.
·
Leibniz
Leibniz menganjurkan penggantian pernyataan dengan
symbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis.
Demikian juga Leonhard Euler, seorang ahli matematika dan logika swiss
melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran
untuk melukiskan hubungan antar term yang terkenal dengan sebutan sirkel-Euler.
·
John Stuart Mill
John Stuart Mill mempertemukan system induksi dengan
system deduksi. Setiap pangkal pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi
dan sebaliknya memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil
eksperimen dan penyelidikan. Jadi kedua-duanya bukan bagian yang saling
terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu.
·
Thales
Thales
(624 SM – 548 SM), filsuf Yunani
pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan
jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau
asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika
induktif.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta,
yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air
tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang
berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan
pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah
merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
·
Poespoprojo
Poespoprojo menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari aktivitas berpikir yang menyelidiki pengetahuan yang berasal dari
pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman sesitivo-rasional, fakta,
objek-objek, kejadian-kejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami. Logika
bertujuan untuk menganalisis jalan pikiran dari suatu
penalaran/pemikiran/penyimpulan tentang suatu hal. Poespoprojo menjelaskan
tentang pikiran dan jalan pikiran dengan alur logika dan sistematika yang
merupakan alur pikiran algoritmik sementara Olson menekankan pada pemecahan
masalah lewat gagasan-gagasan yang diperoleh dengan jalan yang unik. Namun
tetap berlandaskan pada sistematika dan logika
·
Olson
Olson tidak menerangkan definisi pemikiran dalam
konteks logika namun menjelaskan pikiran dalam konteks kreativitas.
Pembahasannya ditekankan pada bahasan mengenai pemecahan masalah dengan menempuh
‘jalan’ yang tidak biasa. Olson menggunakan aspek-aspek di luar pembahasan
logika dan ilmu menalar yang hampir bisa disebut dengan logika transendental.
·
Marx dan Engels
Marx dan Engels adalah murid Hegel di lapangan Logika.
Dalam ilmu logika, mereka berdua lah yang kemudian melakukan revolusi pada
revolusi Hegelian—dengan menyingkirkan elemen mistik dalam dialektikanya, dan
menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah landasan material yang
konsisten.
·
Euklides
Euklides melakukan hal yang sama untuk dasar-dasar
geoemetri; Archimides untuk dasar-dasar mekanika; Ptolomeus dari Alexandria
kemudian menemukan astronomi dan geografi; dan Galen untuk anatomi.
·
Hegel
Hegel, seorang tokoh dari sekolah filsafat idealis
(borjuis) di Jerman, adalah seorang guru besar yang pertama kali
mentransformasikan ilmu logika, seperti di sebutkan oleh Marx: “bentuk-bentuk
umum gerakan dialektika yang memiliki cara yang komprehensif dan sadar
sepenuhnya.”
·
Petrus Hispanus
Petrus Hispanus menyususn pelajaran logika berbentuk
sajak. Petrus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk system
penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah
sajak. Kumpulan sajak Petrus mengenai logika ini bernama Summulae.
·
Francis Bacon
Francis Bacon melancarkan serangan sengketa terhadap
logika dan menganjurkan penggunaan system induksa secara lebih luas. Serangan
Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di
barat. Sehingga kemudian perhatian lebih ditujukan pada system induksi.
·
Cristian Wolff
Cristian Wolff lebih dikenal sebagai pembela setia
ajaran-ajaran Leibniz, namun di samping itu ia juga cukup gigih
mengembangkan logika-matematik system filsafat yang terkait dengan berbagai
lapangan pengetahuan dengan mempergunakan sarana metode deduktif seperti yang
dipakai dalam matematik.
·
Marx dan Engels
Marx dan Engels adalah murid Hegel di lapangan Logika.
Dalam ilmu logika, mereka berdua lah yang kemudian melakukan revolusi pada
revolusi Hegelian—dengan menyingkirkan elemen mistik dalam dialektikanya, dan
menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah landasan material yang
konsisten.
·
Theoprastus
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar
dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga
tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius
(233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru
dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai
pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat
dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan
klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
·
Al-Farabi
Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa
Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu
dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi
komentar atas tujuh bagian logika dan menambahkan satu bagian baru sehingga
menjadi delapan bagian.
·
John Venn
John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan
analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang
kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk menggambarkan
hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk
melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat
yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
D. MACAM-MACAM LOGIKA
1.
Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang
berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia
ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan
dalam kehidupan nyata.
2.
Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
E.
Logika Aristoteles
Logika Aristoteles, sebagaimana disinggung, berpusat
dan berpuncak pada apa yang disebut dengan silog isme. Silogisme adalah
argumentasi yang terdiri atas tiga proposisi. Setiap proposisi dapat dibedakan
atas dua unsur:
1.
tentang apa sesuatu dikatakan yang disebut
“subjek”,
2.
apa yang di katakan yang disebut “predikat”.
Argumentasi silogisme menurunkan proposisi ketiga dari dua proposisi yang sudah
diketahui. Kunci memahami silogisme adalah term yang dipakai dalam putusan
pertama maupun kedua
Sumber berfikir logika Aristoteles adalah apa yang
disebut 10 kategori, yang terdiri atas 1 substansi dan 9 aksidensi. Konsep
tentang substansi ini diambil dari Plato, gurunya. Dari 10 kategori ini logika
Aristoteles kemudian menyusun abstraksi-abstraksi lewat aturan yang di sebut
dengan silogisme. Dengan demikian, pengetahuan, dalam pandangan logika
Aristoteles adalah abstraksi-abstraksi pikiran dari hasil tangkapannya tentang
substansi dan kategori-kategori
Menurut Aristoteles segala sesuatu mengandung undur-unsur
kategoris, dan dalam suatu term terdapat sepuluh kategori yaitu:
- substansi, suatu hal yang terlepas dari
hal-hal lainnya, misalnya kursi,meja, rumah,Negara dan sebagainya.
- kuantitas, yaitu suatu sifat yang menunjuk
pada pengertian luas dan jumlah atau menunjuk pada banyak sedikitnya substansi.
Mialnya besar, kecil, bundar, bulat dan sebagainya
- kualitas, yaitu suatu sifat yang menunjuk
pada pengertian artibut substansi. Misalnya bagus, baik, indah, cantik, dan
sebagainya.
- relasi, yaitu hubungan antara suatu hunbungan
antara suatu hal dengan hal yang lain. Dan terjadinya hubungan itu karena ada
sifat yang menghubungkannya. Misalnya atasan, bawahan, bagian, hamba, dan
sebagainya.
- aksi, yaitu suatu tindakan dan dengan
tindakan tersebut dapat mempengaruhi yang lain. Misalnya menulis,
membaca, mengajar, memukul, dan sebagainya.
- passi, yaitu suatu ditindak oleh yang lain
atau dipengaruhi oleh yang lain. Misalnya dibangun, tertulis, dilempar,
dipukul, dan sebagainya.
- posisi, yaitu
pengertian yang menunjukkan bagaimana ada itu berada di tempatnya
- ruang/tempat, yaitu yang menyertai perwujudan
dimana sesuatu itu ada. Misalnya di desa, di lemari, di Garut, dan sebagainya.
- waktu, yaitu sesuatu yang menyatakan waktu
tertentu. Misalnya kemarin, lusa, sekarang dan sebagainya.
- sikap, yaitu suatu keadaan tertentu.misalnya
duduk, berdiri, jongkok dan sebagainya.
- keadaan, term suasana tertentu. Misalnya
gembira, sedih, sakit, dan sebagainya
.
F.
Konsep Logika
Dalam logika, konsep diartikan sebagai hasil tangkapan manusia mengenai
sesuatu objek. Pengertian ini jika diungkapkan dalam bentuk kata atau kata-kata
dan disebut “term”. Jika term itu terdiri dari satu kata saja, maka disebut
sebagai “term tunggal” misalnya: manusia, kursi, meja, kuda, apel, dan
sebagainya dan sebaliknya jika terdiri atas lebih dari satu kata disebut “term
majemuk”, misalnya; tarian modern, ketua jurusan, pesawat luar angkasa, dan
sebagainya. Term tidak identik dengan kata atau rangkaian kata. Karena sebuah
kata dapat digunakan sebagaipengungkapan lebih dari satu konsep. Dan sebuah
konsep dapat diungkapkan dengan kata atau sekelompok kata yang berbeda. Misalnya
perkataan “genting” dapat menunjuk pada “keadaan darurat atau tegang”, dapat
juga menunjukkan konsep “tutup atap rumah yang terbuat dari tanah”.
Konsep dapat
dikatakan juga sebagai perwakilan universal dari sejumlah objek yang memiliki
unsure-unsur esensial yang mirip. Jadi konsep menunjuk pada sejumlah objek
sehingga objek-objek yang ditunjuk oleh konsep tersebut adalah anggota-anggota
dari konsep itu. Setiap konsep selalu mempunyai dua aspek yaitu; Aspek
Komprehensi (denotasi) dan Aspek Ekstensi (konnotasi). Komprehensi
adalah cirri-ciri atau unsur-unsur yang mewujudkan konsep yang bersangkutan,
jadi undur-unsur konstitutif dari objrk tersebut. Misalnya cirri-ciri atau
unsur-unsur dari mobil adalah :
Beroda minimal empatBermesin 4 takKekuatan mesin 500cc
ke atasMampu mengangkut penumpang minimal dua orangBerbahan bakar minyak
Contoh lain:
unsur-unsur dari konsep serangga :
BinatangMengalami metamorphosisBagian dada beruas
tigaSetiap ruas mempunyai kakiBadan terdiri dari tiga bagian yakni; kepala,
dada, dan perutMempunyai dua pasang sayapSusunan syarafnya disebut ganglion
(system tangga tali)
Ekstensi adalah
sejumlah objek yang tercangkup oleh objek tersebut, misal konsep “manusia”
dapat diterapkan pada manusia Indonesia, bangsa india, bangsa china, bangsa
yahudi dan sebagainya..
Antara konsep
komprehensi dansekstensi berlaku hukum yang menyatakan timbal balik
(Vloemans,1985) dengan empat kemungkinan :
- makin bertambah komprehensi makin berkurang
ekstensi- makin berkurang komprehensi makin bertambah ekstensi- makin bertambah
ekstensi makin berkurang komprehensi- makin berkurang ekstensi makin bertambah
komprehensi
Jenis-jenis term
Term dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu:
- pembagian term menurut komprehensi- pembagian term
menurut ekstensi- pembagian term menurut predikabilia- pembagian term menurut
kategori
Pembagian term
menurut komprehensi
Pembagian ini
dapat dibedakan berdasarkan lingkungan hakikat dan sifat yang masing-masing
dibedakan antara yang konkret dan yang abstrak. Lingkungan hakikat yaitu term
yang mempunyai persamaan satuan dalam satu makna tanpa perbedaan tingkatan
menurut hakikatnya (semua sama tanpa ada perbedaan tingkatan). Misalnya gedung,
pengertian gedung ini menjulang tinggi maupun gedung berlantai satu, semua sama
dalam konteks gedung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Logika’ bagi
Aristoteles dan para pengikutnya tidak dikategorikan sebagai satu ilmu di
antara ilmu-ilmu yang lain. Menurut Aristoteles “logika” adalah persiapan yang
mendahului ilmu-ilmu. Atau dapat dikatakan bahwa “logika” adalah alat (organon)
untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
SUMBER :
Poespoprodjo,Logika Saintifika,Bandung: Remaja Rosydakarya,1985
Soekadidjo,
Logika Dasar, Jakarta,1985
http://id.wikipedia.org/wiki/Logika
http://triananur.wordpress.com/2012/02/05/dasar-dasar-logika/
http://firman25.blogspot.com/2013/09/konsep-dasar-logika.html
http://solihin16.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-konsep-dalam-logika.html
0 komentar:
Posting Komentar