Home » » Konsep Kategori ( Logika Filsafat )

Konsep Kategori ( Logika Filsafat )

Written By Sang Musafir on Rabu, 21 Februari 2018 | 20.56



KONSEP KATEGORIK LOGIKA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Logika Filsafat




Dosen Pengajar:
Dr. Abdul Syakur, M.Ag
Oleh:
                      Muhammad Isra Anwar            (B96214101)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
2015


KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas limpahan hidayahNya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Logika Filsafat
            Dengan adanya makalah ini selain intuk memenuhi tugas dari mata kuliah Logika Filsafat Kami juga mengharap dapat menambah ilmu bagi para pembaca khusunya mahasiswa yang sedang belajar mengenai tema ini.
            Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhirnya Kami berharap semoga apa yang telah kami sajikan dalam makalah ini dapat diambil manfaatnya.




Penulis
Muhammad Isra Anwar










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL          ……………………………………………………………………               i
KATA PENGANTAR ……………………………..…………………………………..           ii
DAFTAR ISI………………………...………………………………………………….     iii
BAB I        PENDAHULUAN …………………………….          ……………………………...               1
1 1. Latar Belakang Masalah…………………………………………...….......         1
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………         1
1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………………   1
BAB II      PEMBAHASAN ………………………………………………………………       2
A. Pengertian Logika.............................................................................................  2
B. Sejarah Logika..........................................................................................  2-3
C. Tokoh Logika dan Pemikirannya .....................………………………….. 3-6
D. Macam Macam Logika  …………………………...…………..............................  6
F. Logika Aristoteles    .............................................................................................. 6-7
G. Konsep Logika .................................................................................................. 8 - 9
BAB III    PENUTUP.......................................................................................................  10
3  l. Kesimpulan …..…………………………………………………..……..             10
3  l. Saran …..………………………………………………………………...            10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….……..………         11



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Logika Filsafat merupakan salah satu mata kuliah kami di semester III. Logika merupakan salah satu pelajaran yang harus di kuasai oleh mahasiswa karna di dalam ilmu logika mencakup banyak yang mana apabila kita menguasai logika maka kita bisa mengubah dan mengelola pikiran kita secara baik dengan benar dan bisa pula mempengerahui orang lain.

Akan tetapi sekarang Ilmu Logika apabila mendengarnya disertai dengan namanya ilmu Filsafat membuat sebagian orang takut dan malas malas membaca. Karna ada yang mengatakan belajar ilmu filsafat atau logika bisa membuat anda sesat apabila tidak disertai iman yang kuat. Itulah sebagian dari presepsi orang lain, tapi disisin lain sebenarnya belajar logika itu adalah pelajaran menyenangkan. Karna disini kita bisa diskusi dan beradu pikir dengan teman teman yang lain
   A. Tujuan
1.  Mengerti dan memahami cara bagaimana konsep Logika yang baik dan benar

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Konsep Kategorik Logika


BAB I
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Logika

“Logika” berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Sedangkan ditinjau dari makna esensialnya, maka logika adalah ‘cabang dari filsafat ilmu pengetahuan dan logika juga merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kerangka berfikir filsafat’. Berdasarkan pengertian tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat penting atau mendasar dalam studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M. 1978).
Pengertian Logika Menurut Para Ahli
1)       Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat.W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso. (2006: 13)
2)       Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan nenalar. Soekadijo, (1983-1994: 3)
3)       Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.(Harun, 1980).
B.     Sejarah Logika
Logika muncul bersama dengan filsafat. Itu tidak berarti logika berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa dalam filsafat Barat – sudah nyata pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti kapan “hari lahir” logika tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang melakukan pemikiran sistematis tentang logika adalah filsuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M). menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”. Apa yang sekarang kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang benar – dan “Dialektika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang masih diragukan.

“Logika’ bagi Aristoteles dan para pengikutnya tidak dikategorikan sebagai satu ilmu di antara ilmu-ilmu yang lain. Menurut Aristoteles “logika” adalah persiapan yang mendahului ilmu-ilmu. Atau dapat dikatakan bahwa “logika” adalah alat (organon) untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan.

Orang pertama yang menggunakan istilah “logika” adalah Cicero (abad pertama  sebelum Masehi) tetapi dalam pengertian “seni berdebat’. Di kemudian hari, yakni pada permulaan abad ketiga masehi, Alexander Aphrodisias menggunakan istilah “logika” dengan arti yang dikenal sekarang. Sampai berabad-abad lamanya pembicaraan mengenai logika tidak mengalami perkembangan melainkan masih tetap sama seperti pada waktu Aristoteles. Immanuel Kant (Abad XVIII) mengatakan logika tidak mengalami perkembangan. Akan tetapi pada pertengahan abad XIX logika mengalami perkembangan karena ada usaha dari beberapa tokoh yang mencoba menerapkan matematika ke dalam logika. Gejala itu kini dikenal sebagai saat munculnya logika modern. Sejak saat itu logika dibedakan menjadi logika tradisional/klasik dan logika modern yang lazim dikenal sebagai logika matematika/simbolik.

Logika tradisional/klasik adalah sistem ciptaan Aristoteles yang berfungsi untuk menganalisa bahasa. Sedangkan logika modern berusaha menerapkan prinsip-prinsip matematik terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang-lambang non-bahasa. Dengan demikian keduanya berkaitan erat satu dengan yang lain. Oleh karena itu memahami kedua macam logika dengan baik merupakan bantuan yang sangat besar dalam berpikir yang teratur, tepat, dan teliti.

Logika modern dirintis oleh orang-orang Inggris, antara lain A. de Morgan (1806 – 1871), George Boole (1815-1864), dan mencapai puncaknya dengan karya besar A. N. Whitehead dan Bertrand Russel “Principia Mathematica”.


C.    TOKOH LOGIKA DAN PEMIKIRANNYA
·         Aristoteles
Aristoteles, seorang filosof dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau, yang memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafat dan memberi sumbangan-sumbangan besar terhadap ilmu pengetahuan. Pendapat Aristoteles, alam semesta tidaklah dikendalikan oleh serba kebetulan, oleh keinginan atau kehendak dewa yang terduga, melainkan tingkah laku alam semesta itu tunduk pada hukum-hukum rasional. Kepercayaan ini menurut Aristoteles diperlukan bagi manusia untuk mempertanyakan setiap aspek dunia alamiah secara sistematis, dan kita harus memanfaatkan  pengamatan empiris, dan alasan-alasan yang logis sebelum mengambil keputusan.
·         Raymundus Lullus
Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman.
·         Leibniz
Leibniz menganjurkan penggantian pernyataan dengan symbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonhard Euler, seorang ahli matematika dan logika swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antar term yang terkenal dengan sebutan sirkel-Euler.
·         John Stuart Mill
John Stuart Mill mempertemukan system induksi dengan system deduksi. Setiap pangkal pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi kedua-duanya bukan bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu.
·         Thales
Thales (624 SM548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
·         Poespoprojo
Poespoprojo menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari aktivitas berpikir yang menyelidiki pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman sesitivo-rasional, fakta, objek-objek, kejadian-kejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami. Logika bertujuan untuk menganalisis jalan pikiran dari suatu penalaran/pemikiran/penyimpulan tentang suatu hal. Poespoprojo menjelaskan tentang pikiran dan jalan pikiran dengan alur logika dan sistematika yang merupakan alur pikiran algoritmik sementara Olson menekankan pada pemecahan masalah lewat gagasan-gagasan yang diperoleh dengan jalan yang unik. Namun tetap berlandaskan pada sistematika dan logika
·         Olson
Olson tidak menerangkan definisi pemikiran dalam konteks logika namun menjelaskan pikiran dalam konteks kreativitas. Pembahasannya ditekankan pada bahasan mengenai pemecahan masalah dengan menempuh ‘jalan’ yang tidak biasa. Olson menggunakan aspek-aspek di luar pembahasan logika dan ilmu menalar yang hampir bisa disebut dengan logika transendental.
·         Marx dan Engels
Marx dan Engels adalah murid Hegel di lapangan Logika. Dalam ilmu logika, mereka berdua lah yang kemudian melakukan revolusi pada revolusi Hegelian—dengan menyingkirkan elemen mistik dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah landasan material yang konsisten.
·         Euklides
Euklides melakukan hal yang sama untuk dasar-dasar geoemetri; Archimides untuk dasar-dasar mekanika; Ptolomeus dari Alexandria kemudian menemukan astronomi dan geografi; dan Galen untuk anatomi.
·         Hegel
Hegel, seorang tokoh dari sekolah filsafat idealis (borjuis) di Jerman, adalah seorang guru besar yang pertama kali mentransformasikan ilmu logika, seperti di sebutkan oleh Marx: “bentuk-bentuk umum gerakan dialektika yang memiliki cara yang  komprehensif dan sadar sepenuhnya.”
·         Petrus Hispanus
Petrus Hispanus menyususn pelajaran logika berbentuk sajak. Petrus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk system penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Kumpulan sajak Petrus mengenai logika ini bernama Summulae.
·         Francis Bacon
Francis Bacon melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan system induksa secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di barat. Sehingga kemudian perhatian lebih ditujukan pada system induksi.
·         Cristian Wolff
Cristian Wolff lebih dikenal sebagai pembela setia ajaran-ajaran Leibniz, namun di samping itu  ia juga cukup gigih mengembangkan logika-matematik system filsafat yang terkait dengan berbagai lapangan pengetahuan dengan mempergunakan sarana metode deduktif seperti yang dipakai dalam matematik.
·         Marx dan Engels
Marx dan Engels adalah murid Hegel di lapangan Logika. Dalam ilmu logika, mereka berdua lah yang kemudian melakukan revolusi pada revolusi Hegelian—dengan menyingkirkan elemen mistik dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah landasan material yang konsisten.
·         Theoprastus
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
·         Al-Farabi
Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
·         John Venn
John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.


D.    MACAM-MACAM LOGIKA
1.      Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
2.      Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.


E.     Logika Aristoteles
Logika Aristoteles, sebagaimana disinggung, berpusat dan berpuncak pada apa yang disebut dengan silog isme. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri atas tiga proposisi. Setiap proposisi dapat dibedakan atas dua unsur: 
1.      tentang apa sesuatu dikatakan yang disebut “subjek”, 
2.      apa yang di katakan yang disebut “predikat”. Argumentasi silogisme menurunkan proposisi ketiga dari dua proposisi yang sudah diketahui. Kunci memahami silogisme adalah term yang dipakai dalam putusan pertama maupun kedua
Sumber berfikir logika Aristoteles adalah apa yang disebut 10 kategori, yang terdiri atas 1 substansi dan 9 aksidensi. Konsep tentang substansi ini diambil dari Plato, gurunya. Dari 10 kategori ini logika Aristoteles kemudian menyusun abstraksi-abstraksi lewat aturan yang di sebut dengan silogisme. Dengan demikian, pengetahuan, dalam pandangan logika Aristoteles adalah abstraksi-abstraksi pikiran dari hasil tangkapannya tentang substansi dan kategori-kategori



Menurut Aristoteles segala sesuatu mengandung undur-unsur kategoris, dan dalam suatu term terdapat sepuluh kategori yaitu:

- substansi, suatu hal yang terlepas dari hal-hal lainnya, misalnya kursi,meja, rumah,Negara dan sebagainya.

- kuantitas, yaitu suatu sifat yang menunjuk pada pengertian luas dan jumlah atau menunjuk pada banyak sedikitnya substansi. Mialnya besar, kecil, bundar, bulat dan sebagainya

- kualitas, yaitu suatu sifat yang menunjuk pada pengertian artibut substansi. Misalnya bagus, baik, indah, cantik, dan sebagainya.

- relasi, yaitu hubungan antara suatu hunbungan antara suatu hal dengan hal yang lain. Dan terjadinya hubungan itu karena ada sifat yang menghubungkannya. Misalnya atasan, bawahan, bagian, hamba, dan sebagainya.

- aksi, yaitu suatu tindakan dan dengan tindakan tersebut dapat mempengaruhi yang lain. Misalnya  menulis, membaca, mengajar, memukul, dan sebagainya.

- passi, yaitu suatu ditindak oleh yang lain atau dipengaruhi oleh yang lain. Misalnya dibangun, tertulis, dilempar, dipukul, dan sebagainya.

- posisi, yaitu pengertian yang menunjukkan bagaimana ada itu berada di tempatnya

- ruang/tempat, yaitu yang menyertai perwujudan dimana sesuatu itu ada. Misalnya di desa, di lemari, di Garut, dan sebagainya.

- waktu, yaitu sesuatu yang menyatakan waktu tertentu. Misalnya kemarin, lusa, sekarang dan sebagainya.

- sikap, yaitu suatu keadaan tertentu.misalnya duduk, berdiri, jongkok dan sebagainya.

- keadaan, term suasana tertentu. Misalnya gembira, sedih, sakit, dan sebagainya
.







F.      Konsep Logika

 Dalam logika, konsep diartikan sebagai hasil tangkapan manusia mengenai sesuatu objek. Pengertian ini jika diungkapkan dalam bentuk kata atau kata-kata dan disebut “term”. Jika term itu terdiri dari satu kata saja, maka disebut sebagai “term tunggal” misalnya: manusia, kursi, meja, kuda, apel, dan sebagainya dan sebaliknya jika terdiri atas lebih dari satu kata disebut “term majemuk”, misalnya; tarian modern, ketua jurusan, pesawat luar angkasa, dan sebagainya. Term tidak identik dengan kata atau rangkaian kata. Karena sebuah kata dapat digunakan sebagaipengungkapan lebih dari satu konsep. Dan sebuah konsep dapat diungkapkan dengan kata atau sekelompok kata yang berbeda. Misalnya perkataan “genting” dapat menunjuk pada “keadaan darurat atau tegang”, dapat juga menunjukkan konsep “tutup atap rumah yang terbuat dari tanah”.

Konsep dapat dikatakan juga sebagai perwakilan universal dari sejumlah objek yang memiliki unsure-unsur esensial yang mirip. Jadi konsep menunjuk pada sejumlah objek sehingga objek-objek yang ditunjuk oleh konsep tersebut adalah anggota-anggota dari konsep itu. Setiap konsep selalu mempunyai dua aspek yaitu; Aspek Komprehensi (denotasi) dan Aspek Ekstensi (konnotasi). Komprehensi adalah cirri-ciri atau unsur-unsur yang mewujudkan konsep yang bersangkutan, jadi undur-unsur konstitutif dari objrk tersebut. Misalnya cirri-ciri atau unsur-unsur dari mobil adalah :

Beroda minimal empatBermesin 4 takKekuatan mesin 500cc ke atasMampu mengangkut penumpang minimal dua orangBerbahan bakar minyak 
Contoh lain: unsur-unsur dari konsep serangga :

BinatangMengalami metamorphosisBagian dada beruas tigaSetiap ruas mempunyai kakiBadan terdiri dari tiga bagian yakni; kepala, dada, dan perutMempunyai dua pasang sayapSusunan syarafnya disebut ganglion (system tangga tali) 
Ekstensi adalah sejumlah objek yang tercangkup oleh objek tersebut, misal konsep “manusia” dapat diterapkan pada manusia Indonesia, bangsa india, bangsa china, bangsa yahudi dan sebagainya..

Antara konsep komprehensi dansekstensi berlaku hukum yang menyatakan timbal balik (Vloemans,1985) dengan empat kemungkinan :
- makin bertambah komprehensi makin berkurang ekstensi- makin berkurang komprehensi makin bertambah ekstensi- makin bertambah ekstensi makin berkurang komprehensi- makin berkurang ekstensi makin bertambah komprehensi 
Jenis-jenis term
Term dibedakan menjadi empat kelompok yaitu:
- pembagian term menurut komprehensi- pembagian term menurut ekstensi- pembagian term menurut predikabilia- pembagian term menurut kategori 
Pembagian term menurut komprehensi
Pembagian ini dapat dibedakan berdasarkan lingkungan hakikat dan sifat yang masing-masing dibedakan antara yang konkret dan yang abstrak. Lingkungan hakikat yaitu term yang mempunyai persamaan satuan dalam satu makna tanpa perbedaan tingkatan menurut hakikatnya (semua sama tanpa ada perbedaan tingkatan). Misalnya gedung, pengertian gedung ini menjulang tinggi maupun gedung berlantai satu, semua sama dalam konteks gedung.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
           
“Logika’ bagi Aristoteles dan para pengikutnya tidak dikategorikan sebagai satu ilmu di antara ilmu-ilmu yang lain. Menurut Aristoteles “logika” adalah persiapan yang mendahului ilmu-ilmu. Atau dapat dikatakan bahwa “logika” adalah alat (organon) untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan.






















Daftar Pustaka


SUMBER :
        Poespoprodjo,Logika Saintifika,Bandung: Remaja Rosydakarya,1985
      Soekadidjo, Logika Dasar, Jakarta,1985
http://id.wikipedia.org/wiki/Logika
          http://triananur.wordpress.com/2012/02/05/dasar-dasar-logika/
          http://firman25.blogspot.com/2013/09/konsep-dasar-logika.html
http://solihin16.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-konsep-dalam-logika.html



0 komentar:

Posting Komentar

apakah Blog ini bermanfaat untuk kalian ?

Test Footer 2

Informasi Blog

Disini kalian akan mendapatkan informasi mengenai apa itu Bersyukur, arti ikhlas dan kesederhanaan

Most Trending