Umat Islam di Madinah siap menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW, saat
baiat aqabah ke dua telah dilaksanakan. Pada saat itu harapan dan
optimisme tumbuh di setiap diri mereka karena jumlah umat islam semakin
banyak. Kaum Muslimin di Madinah yang menyambut kedatangan Rasulullah
SAW dan para sahabat muhajirin disebut dengan kaum Anshar. Maha Sempurna
Allah atas segala kehendak-nya, DIA-lah yang membuat umat islam di
Madinah saat itu begitu bersemangat, iman yang begitu menggelora di
dalam jiwa mereka. Berbeda dengan kondisi mekkah waktu itu yang begitu
mencekam karena konflik dengan kaum Quraisy. DIA pula-lah yang
menentukan waktu yang tepat untuk Rasulullah beserta para pengikutnya
untuk memulai fase baru di kota Madinah.
Pada saat itu, semua sahabat yang mampu untuk berhijrah maka diwajibkan
bagi mereka untuk berhijrah. Laki-laki maupun perempuan, yang kaya juga
yang miskisn, yang kuat juga yang lemah, ataupun dari kalangan merdeka
atau hamba sahaya. Semuanya wajib untuk berhijrah.
Hijrah Bukan Sekedar Berpindah
Mungkin umat islam banyak yang mengira, bahwa peristiwa hijrah
Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah adalah sesuatu hal yang biasa,
layaknya seseorang yang sedang migrasi dari satu tempat ke tempat
lainya. Padahal sebenarnya tidak semudah itu, butuh perjuangan yang
sangat besar. Pada waktu itu perlawanan dari kaum Musyrikin Mekah pada
umat islam sangatlah merajalela, mereka tak segan-segan menghabisi nyawa
para umat Islam yang akan hijrah, sampai-sampai keselamatan Rasulullah
SAW dan para sahabatnya pun juga ikut terancam. Ditambah lagi,
Rasulullah SAW hijrah setelah semua sahabat telah berangkat menuju
Madinah. Inilah jiwa seorang pemimpin sejati, beliau lebih mementingkan
keamanan dan keselamatan umatnya terlebih dahulu dari pada dirinya
sendiri, ditambah beliau juga memiliki ketenangan hati yang luar biasawalaupun
keadaan sedang genting. Saat itu, Rasulullah SAW ditemani oleh dua
orang sahabat, yakni Abu Bakar serta Ali bin Ali Thalib.
Dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW kali, ada beberapa hal yang bisa kita cermati.
1. Ketika di Mekah pintu dakwah sudah tertutup semuanya, maka umat Islam akhirnya hijrah secara menyeluruh.
Sebelum peristiwa hijrah kali ini, sebenarnya umat islam sudah pernah
mengalami beberapa kali hijrah, yakni ke negeri Habasyah sebanyak dua
kali. Jadi hal ini bukanlah yang pertama dialami umat Islam. Alasan
mengapa umat Islam memutuskan hijrah ke Madinah karena kesempatan yang
mereka miliki di Mekah sangat kecil. Mengapa demikian? Karena banyak
yang menentang dan membenci dakwah Rasulullah, saking bencinya mereka
bahkan berniat untuk membunuh Rasulullah SAW setelah wafatnya paman
beliau, yaitu Abu Thalib. Mulai saat itulah, Rasulullah SAW sudah mulai
merencanakan untuk hijrah.
Memang sejak awal mula, berdakwah di Mekkah memang begitu sulit. Tetapi
Allah tidak langsung begitu saja memerintahkan Rasulullah untuk
berhijrah. Segala cara sudah dilakukan Rasulullah SAW namun tetap
rasanya pintu hati mereka begitu rapat, barulah Allah perintahkan
Rasulullah SAW untuk berhijrah. Dari peristiwa ini kita bisa mengambil
pelajaran serta hikmah, ketika kita sedang berusaha untuk berdakwah pada
orang-orang disekitar kita, walaupun terasa sulit hendaklah terus
mencoba sampai Allah kasih petunjuk apalagi yang harus kita lakukan jika
terasa mentok, karena saking susahnya.
2. Saat umat Islam memutuskan untuk berhijrah, Madinah yang dijadikan pilihan bukan Habasyah.
Sebenarnya bisa saja kota Madinah tidak dijadikan tujuan hijrah
Rasulullah. Tetapi Allah menginginkan Madinah sebagai tempat hijrah
Rasulullah SAW bersama para umatnya. Salah satu alasan kenapa lebih
memilih Madinah dari pada Habasyah karena kultur masyarakatnya yang
tidak jauh berbeda dengan Mekah, sehingga memudahkan untuk beradaptasi.
Selain itu, jaminan keamanan di Madinah itu jauh lebih besar dari pada
di Habasyah.
3. Allah memerintahkan tempat yang sama untuk berhijrah.
Alasan kenapa Allah memerintakan tempat yang sama untuk berhijrah karena
banyak sekali faidah yang didapat. Salah satunya lebih
terpelihara keselamatan, lebih terjaga kebersamaan juga
kekeluargaan-nya, dan bisa dengan mudah beradaptasi. Dalam syariat
hijrah kali ini, semua umat Islam di Mekkah diperintahkan menuju daerah
yang satu tempat, bukan terpencar-pencar sesuai dengan yang diinginkan.
http://www.qolbunhadi.com/kisah-hijrah-nabi-muhammad-saw-dari-mekah-menuju-madinah/
Kisah Hijrah Nabi Muhammad
Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah menjadi peristiwa besar
bagi umat Islam. Kisah itu punya makna mendalam bagi muslimin dunia.
Peristiwa itu kemudian menjadi awal tahun kalender Islam dan diperingati
hingga sekarang.
Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad telah berdakwah menyebarkan
Islam di Mekah. Semula, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Syiar
Islam kemudian dilakukan dengan terang-terangan.
Kaum kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar
melakukan desakan. Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi
perlu dukungan, datanglah masa sulit. Sang istri, Siti Khadijah, wafat.
Padahal Siti Khadijah menjadi salah satu motivator bagi Nabi dalam
menyebarkan Islam.
Setelah Khadijah, pamah Nabi, Abu Thalib, juga meninggal dunia. Semasa
hidup, Abu Thalib lah yang menjadi pembela Nabi dari kebengisan kafir
Quraisy. Dengan wafatnya Abu Thalib, kaum kafir Quraisy semakin
semena-mena. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib membuat Nabi berada
dalam suasana duka.
Pada masa-masa yang disebut sebagai tahun duka cita itu, terjadilah
peristiwa luar biasa, yaitu Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab, sekitar rahun
621 Masehi. Pada peristiwa itu, turunlah perintah salat lima waktu.
Setelah peristiwa itu, Nabi kembali melanjutkan dakwahnya di Mekah.
Pengalaman luar biasa itu diceritakan pada pengikutnya. Namun, kabar itu
membuat kaum kafir Quraisy semakin menekan. Mereka menuduh Nabi
berbohong.
Pada 621 M itu pula, datanglah sejumlah orang dari Madinah, menemui Nabi
di Bukit Aqaba. Mereka memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut dikenal
dengan Bai’at Aqaba I.
Tahun berikutnya, atau 622 M, datanglah 73 orang dari Madinah ke Mekah.
Mereka merupakan Suku Aus dan Khazraj yang semula ingin berhaji. Mereka
kemudian menemui Nabi dan mengajak berhijrah ke Madinah. Mereka
menyatakan siap membela dan melindungi Nabi dan para pengikutnya dari
Mekah. Peristiwa ini dikenal dengan Bai’at Aqabah II.
Kondisi kaum muslim di Mekah juga semakin terdesak setelah kaum kafir
Quraisy melakukan boikot kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang
berasal dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Kaum Quraisy melarang setiap
perdagangan dan bisnis dengan pengikut Nabi.
Selain itu, semua orang dilarang menikah dengan kaum muslimin. Tak ada
yang diperkenankan bergaul dengan pengikut Nabi Muhammad. Mereka juga
mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Nabi Muhammad. Boikot inilah
yang membuat kaum muslimin semakin terdesak.
Dalam upaya menyelamatkan dakwah Islam dari gangguan kafir Quraisy, Nabi
Muhammad, atas perintah Allah, memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah.
Namun sebelumnya, Nabi telah memerintahkan kaum mukminin agar hijrah
terlebih dahulu ke Madinah. Para sahabat pun segera berangkat secara
diam-diam agar tidak dihadang oleh kelompok kafir Quraisy.
http://www.dream.co.id/jejak/kisah-hijrah-nabi-muhammad-151013g.html
~SEJARAH KISAH HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD DARI MEKKAH KE YASRIB(MADINAH)~
Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah- Hijrah yang berarti
perpindahan dianggap sebagai salah satu ibadah dengan nilai pahala yang
tinggi. Dalam banyak ayat al-Quran Allah Swt menjelaskan kemuliaan
ibadah ini dan menjanjikan ganjaran yang berlipat ganda kepada mereka
yang berhijrah. Sebab, selain kesulitan yang dihadapi seorang muhajir
baik kesulitan karena meninggalkan negeri asal, kesulitan di negara baru
dan banyak hal lain, hijrah juga dimaksudkan untuk menjaga dan
memelihara agama dan risalah ilahi yang terakhir ini.
Hijrah Nabi ke Madinah
ALI MENGGANTIKAN TIDUR RASULULLAH SAW
Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah
ke Madinah. Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal
kecuali sebagian kecil. Ketika perintah dari Alloh SWT datang supaya
beliau hijrah, beliau meminta Abu Bakar supaya menemaninya dalam
hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua ekor
untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz
sampai nanti tiba waktunya diperlukan.
Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali bin Abi
Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya
berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia
tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang
dititipkan kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy
mengintip ke tempat tidur Nabi Muhammad Saw, mereka melihat sesosok
tubuh di tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih tidur.
DI DALAM GUA TSUR
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari
Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka
berdua.
1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan
menyampaikan berita perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang
kafir kepada mereka berdua. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah
sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa
pada malam hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum
susu domba hingga cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya
ke Makkah sebelum fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu
Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah terhapus
oleh jejak domba-domba itu.
3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan
bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa
ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada
Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu.
Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat
ratus dirham untuk onta itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai
onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai
perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
SURAQA
Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan
Muhammad akan diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat
mencari Rasululloh Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga
orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan
beberapa orang sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang
dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia
ingin memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang
dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera
pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya ke arah yang disebutkan tadi
seorang diri.
Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Muhammad Saw hingga kudanya
dua kali tersungkur ketika hendak mencapai Nabi. Tetapi melihat bahwa
ia sudah hampir kedua orang itu, ia tetap memacu kudanya karena rasanya
Muhammad sudah di tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi
dengan keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung
binatang itu dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Suraqa merasa
itu suatu alamat buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu.
Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil-manggil:
“Saya Suraqa bin Ju’syum! Tunggulah, saya mau bicara. Saya tidak akan
melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan-tuan.” Setelah kedua orang
itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya
menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak.
Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang
atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa. Setelah diambilnya
oleh Suraqa surat itu ia kembali pulang. Sekarang bila ada orang mau
mengejar Nabi Saw, maka dikaburkan olehnya, sesudah tadinya ia sendiri
yang mengejarnya.
SEJARAH KISAH HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH
Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasululloh Saw berjalan,
mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang
malam mengarungi lautan padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya
karena adanya iman kepada Alloh Swt membuat hati dan perasaan mereka
terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan
datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah
perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan Madinah
kini sudah dekati.
Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu,
berita-berita tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yang akan
menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Madinah. Penduduk kota
ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari
Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum
Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasululloh
dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur
katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya,
meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona
bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu
sekali ingin bertemu, ingin melihatnya.
MASYARAKAT MADINAH
Tersebarnya Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu
sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum
Muslimin Mekah. Beberapa pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan
berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang bernama ‘Amr
bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu yang
dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa
dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu
Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda
golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi berhala itu
lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang yang
oleh penduduk Madinah biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan
lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di
tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi
pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat ‘Amr
itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia
merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada
berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna, bertahanlah,
dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan
lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur
dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka
masyarakatnya dan sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa
sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu, yang hakekatnya akan
mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi
seorang manusia, ia pun masuk Islam.
MESJID QUBA'
Ketika rombongan Rasululloh Saw sampai di Quba’, mereka tinggal empat
hari ia di sana dan membangun mesjid Quba’. Di tempat ini Ali b.
Abi-Talib ra menyusul, setelah mengembalikan barang-barang amanat – yang
dititipkan oleh rasululloh Saw – kepada pemilik-pemiliknya di Mekah.
Ali ra menempuh perjalanannya ke Madinah dengan berjalan kaki. Malam
hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat
meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk
menyusul saudara-saudaranya seagama.
SAMPAI DI MADINAH
Demikanlah akhirnya rombongan Rosululloh selamat sampai Madinah. Hari
itu adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di tempat
itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum
Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin melihat serta
mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini
belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman
iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali
sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia
tinggal pada mereka.
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan
terbuka di dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun
menetap di tempat itu sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi
dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama
Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid
Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan
Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau
Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA)
dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan
Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab
(RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai
berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana
kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon,
jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan
didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah
hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun
menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini.
(Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah
kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah
kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit,
kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada
tanggal 16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari
sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan)
Islam. Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat
bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi
panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.
4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar
(RA) sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam
Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi
Abu Bakar (RA).
5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini
dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan
yang amat penting dalam peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan
bahwasanya sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri
sahabat yang demikian dihormati ini.
PERISTIWA HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD SAW DARI MEKKAH KE YASRIB (MADINAH) INI, KEMUDIAN MENJADI AWAL DIMULAINYA KALENDER HIJRIAH.
KINI INSYAALLAH AKAN MEMASUKI TAHUN KE 1435 HIJRIAH YANG JATUH PADA ESOK HARI, 1 MUHARRAM 1435 HIJRIAH. TEPATNYA HARI SELASA TANGGAL 5 NOVEMBER 2013 DALAM PERHITUNGAN MASEHI.
KINI INSYAALLAH AKAN MEMASUKI TAHUN KE 1435 HIJRIAH YANG JATUH PADA ESOK HARI, 1 MUHARRAM 1435 HIJRIAH. TEPATNYA HARI SELASA TANGGAL 5 NOVEMBER 2013 DALAM PERHITUNGAN MASEHI.
0 komentar:
Posting Komentar